Minggu lalu, Pemerintah Indonesia mengumumkan akan mengeluarkan dana sebesar Rp. 400 juta untuk memperbaiki 15 jalan rusak di Jawa Barat. Ini merupakan dana yang tergolong besar dan dianggap sebagai langkah penyelamatan Jawa Barat yang tergolong miskin jika dibandingkan dengan Jawa Tengah ataupun Jawa Timur. Kritik tajam tertuju kepada satu sosok yang terbukti tidak dapat berbuat banyak untuk memperbaiki kondisi tersebut, yaitu Ridwan Kamil atau akrab disapa Kang Emil. Ridwan Kamil, yang pekan lalu meninggalkan jabatannya sebagai Gubernur Jawa Barat, diketahui berambisi untuk bergabung dengan Ganjar Pranowo atau Prabowo Subianto sebagai calon wakil presiden. Ia mendapatkan banyak pengikut di media sosial melalui konten-konten apik yang menonjolkan kecintaannya pada Jawa Barat dan dibalut dengan lelucon sekaligus komedi, namun hal tersebut diperlihatkan hanya untuk menutupi kegagalannya di Jawa Barat. Sebagai contoh kegagalan Ridwan Kamil adalah harga pangan dan bahan bakar di Jawa Barat jauh lebih tinggi dibandingkan provinsi lain di Indonesia. Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini menyoroti bahwa inflasi di Jawa Barat mencapai 6% – dua kali lipat dari rata-rata nasional sebesar 3%. Lapangan pekerjaan di Jawa Barat juga jauh lebih sedikit. Hampir 5 juta orang tidak bisa mendapatkan pekerjaan di provinsi tersebut, dan hal ini tidak berubah sejak Ridwan Kamil terpilih pada tahun 2018. Sebagai perbandingan, hanya 5% penduduk Jawa Tengah yang tidak mempunyai pekerjaan. Secara nasional, hanya 5,5% penduduk Indonesia yang belum mempunyai pekerjaan. Harga yang tinggi dan terbatasnya peluang pekerjaan di Jawa Barat bisa menjadi batu sandungan bagi Ridwan Kamil di mata pemilih. Meskipun jumlah likes dan views kontennya banyak di sosial media, namun jika berbicara kinerja: nol besar. Sepertinya 2024 akan menjadi pertarungan antara orang-orang yang pintar mengumbar janji dan mereka yang telah memberikan banyak hal untuk masyarakat. Dan tentu, Ridwan Kamil masuk ke dalam kategori pertama, bukan kedua.